Pages

Thursday, August 11, 2011

Menikah Bukanlah Kiamat

Seringkali saya mendengar keluhan pasca-menikah dari orang-orang yang saya kenal. Dari mulai keluhan tentang pasangan egois, posesif, keluhan tentang keadaan yang sudah tidak lagi sebebas waktu masih melajang dulu,hingga keluhan tentang betapa lelah mengurusi anak dirumah, sementara pasangan bisa pergi ke mana saja.. Lalu, intinya, jika memang beranggapan bahwa pernikahan harus merenggut kebebasan, kenapa harus menikah? Buat apa ada istilah pacaran, jika kita tidak bisa mengenal dengan baik pasangan yang akan kita nikahi? Bukankah itu esensi pacaran?

Untuk bisa memilih seseorang yang terbaik diantara yang baik, dan untuk selanjutnya diajak menikah, menemani, sehidup semati, bebagi suka maupun duka bersama-sama selamanya.

Jika sejak berpacaran pasangan sudah posesif, pencemburu, memukul, melarang hal-hal yang disukai, maka dia bukanlah yang terbaik. Omong kosong jika “cinta mati”dijadikan alasan untuk bersikap demikian dan boleh memperlakukan kita sesuka hatinya. HELLOOO.. jika dia cinta, pasti dia akan menghargai, bukannya menjerat dan melarang untuk melakukan hal-hal yang disukai. Manusia sudah diberikan hak bebas dari lahir. Jadi kenapa harus terkekang atau tersiksa oleh orang lain? Jadi jika mau pintar-pintar memilih sosok yang nantinya akan menjadi pasangan hidup (menikah), niscaya perceraian tidak akan terjadi.

Hidup berdampingan dengan penuh kasih, saling menghargai, saling menyayangi, bukannya lebih indah yah, daripada harus ber-intrik, bertengkar dan saling menghujat setiap hari?

Pernikahan akan lebih nikmat jika kita dan pasangan kita tau porsi. Tau apa yang harus dilakukan dan apa yang jangan dilakukan. Dalam rumah tangga kejujuran dan saling menghargai itu sangat dibutuhkan. Perasaan egois harus dibuang jauh-jauh. Kalau selingkuh, jelas nggak boleh dilakukan. :P Toleransi terhadap kebohongan kecil akan menjadikan kita terbiasa untuk melakukan kebohongan besar. Semoga tidak ada diantara kita yang terjebak di dalam pernikahan palsu. Intinya, Pernikahan impian adalah pernikahan yang kita pilih sendiri. Banyak-banyak melakukan seleksi untuk memilih pasangan impian untuk dijadikan suami/istri itu adalah sebuah KEHARUSAN.

Jangan terlalu terbutakan oleh cinta sampai akhirnya logika tidak digunakan dan tidak bisa melihat keburukan diri sendiri dan pasangan sewaktu berpacaran.

Saya adalah seseorang yang sangat menikmati pekerjaan saya sebagai ibu. Mendampingi suami, bermain bersama teman-teman saya, bebas memilih teman, mengikuti semua hobi kesukaan saya, dan melakukan semua pekerjaan rumah tangga dengan ikhlas. *lebay* Tidak pernah melarang dan dilarang. Namun saya sebagai istri, tahu batasan apa yang harus dilakukan dan tidak boleh saya lakukan. Menikah menjadikan hidup saya lebih teratur dan saya merasakan titik kehidupan saya lebih tinggi, lebih menyenangkan setelah saya menikah dan melahirkan anak. Pernikahan bukan akhir, melainkan awal dari sesuatu yang baru. Susah, senang, pilihan ada di tangan kita. Menikah bukanlah kiamat.

No comments: