Pages

Thursday, August 11, 2011

Konflik Rumah Tangga Bukan Tontonan Bagi Siapapun.

Ayah saya sudah lama meninggal pada waktu saya berumur 2 tahun karena kecelakaan mobil.Semenjak itu mama saya menjadi orang-tua tunggal bekerja untuk kelangsungan hidup saya dan adik sampai akhirnya mama saya menikah lagi. Yang saya ingat, masa-masa kecil saya dihabiskan bersama kakek dan nenek. Mereka mengasuh saya dari kelas 1 Sekolah Dasar sampai akhirnya tamat Sekolah Dasar. Setelah itu saya tinggal bersama mama dan suami baru mama, yang hanya berlangsung 3 tahun, karena akhirnya suami mama meninggal terkena serangan jantung.

3 tahun saya melihat mama saya mengabdi kepada suaminya dengan penuh cinta, 3 tahun itu juga saya tidak pernah melihat mama saya bertengkar didepan anak-anaknya. Dari situlah saya mengambil contoh positif yang saya terapkan kedalam rumah tangga saya sampai sekarang. Suami saya kebetulan juga besar diasuh hanya oleh mamanya. Papa dan mamanya sudah lama bercerai semenjak dia masih duduk dibangku sekolah menengah pertama. Suami saya juga banyak bercerita tentang mama dan papa-nya yang tidak pernah memperlihatkan pertengkaran atau masalahnya di depan anak-anak nya sampai akhirnya mereka berpisah. Mama mertua adalah termasuk salah satu orang yang saya jadikan panutan sampai sekarang, karena kegigihannya berjuang membesarkan 4 anaknya dan mereka semua menjadi orang-orang yang menyenangkan dan berpikiran terbuka.

Suami saya adalah orang yang paling mengerti saya. Sabar dan penyayang. Pria yang mengutamakan keluarga dibandingkan hal lain. Jujur dan tidak pernah mengeluh tentang keadaan rumah tangga kami, dia selalu bilang kepada saya jika ada masalah dengan kami, sebaiknya dibicarakan secara baik-baik, diobrolin santai dengan pikiran dingin. Jangan dipendam di dalam hati karena hanya akan mengakibatkan salah paham. Karena keterbukaan kami dan saling mempercayai satu sama lain, ribut-ribut atau pertengkaran hampir tidak ada. Kalaupun ada, cuma kerikil kecil yang akhirnya mengakibatkan salah satu diantara kami ngambek sebentar dibecandain sedikit juga akhirnya cair kembali.

Saya sudah merasa cukup dengan kehidupan ini, mau bikin konflik atau ngeributin masalah rumah tangga juga bingung ngeributin hal apa. Komunikasi tiap hari lancar hampir tiap jam. Walaupun dia bekerja, kami tetap berkomunikasi via sms, telpon, kentongan, walkie talkie, burung merpati maupun internet. :p Karena landasan kami adalah saling mempercayai, jadi tidak ada masalah cemburu-cemburuan atau soal, orang ke 1, ke 2,3,4,5 sampai seterusnya. Teman-teman saya pun kebanyakan lelaki dan hampir semua nya saya perkenalkan kepada suami saya. Banyak diantaranya malah menjadi teman main bareng. Kami sudah sama-sama dewasa dan sudah menjadi orang tua, jelas kami mau memberikan contoh yang baik untuk anak kami satu-satunya.

Dia harus melihat betapa besar cinta mama dan papanya. Kebersamaan, canda tawa dan kebahagiaan kami yang akhirnya melahirkan dia kedunia.

Jujur saya dulu merasa iri kepada teman-teman saya yang mengambil rapor ke sekolah didampingi mama dan papanya. Iri kepada teman-teman saya yang ketika saya main kerumahnya papa dan mamanya terlihat ceria dan bahagia, juga iri melihat teman saya jalan-jalan dengan papa dan mamanya. Maka rasa iri saya dulu sewaktu kecil saya lampiaskan sekarang kepada anak saya, dia harus besar didalam keluarga yang rukun damai dan ceria, agar nanti setelah dewasa dia bisa mengambil contoh positif dari kami dan bisa melihat dunia dengan kacamata damai dan bukan tumbuh dari keluarga yang berkonflik terus-menerus.

Jadi soal ribut-ribut, bertengkar, adu mulut, itu adalah masa-masa jaman ABG ketika saya labil dan jaman-jamannya pacaran karena belum sama-sama tau sifat asli kami. Kalau hubungan yang ingin dipertahankan sampai kakek-nenek, kenapa konflik harus dibuat? lebih seru dijalani dengan santai dan penuh canda, ribut-ribut itu adalah hal yang paling memalukan, belum lagi kalo sampai di dengar tetangga. Atau rasa marah dan kesel kepada pasangan di umbar di khalayak umum. Kebayang rasa malunya pas udah berdamai. :p Tidak semua orang akan mengasihani dengan cerita pilu masalah rumah tangga. Banyak orang yang justru akan menertawakan kelabilan orang-orang dewasa yang masih bersikap seperti anak baru gede. :)

Karena kebahagiaan ini, tidak pernah habis rasa terima kasih saya kepada Tuhan, karena telah mempertemukan dan menjodohkan saya dengan seorang laki-laki yang sempurna dimata saya. Semoga kebahagiaan ini diberikan dalam waktu yang lama dan dipisahkan hanya oleh maut. :D

1 comment:

azizah said...

Hai Li...it's me Azizah a.k.a Ezi a.k.a azizah bundanya zahra (FB), kita temenan dl di SMP 40. aku duduk sm mega, kamu sama ika kan ya? ^_^ dah berapa puluh tahun yang lalu ya, mungkin sulit buat kamu mengingatku ^_^
aku baru add kamu di FB hr ini, n lsg bk blog kamu nih.. hehehe...tulisan ini bgs bgt, so inspiring. Makasih dah mau share ^_^