Pages

Monday, October 21, 2013

Cerita Saya.

 Saya terlahir di sebuah desa kecil di Jawa Timur, tumbuh besar tanpa sosok ayah. Ayah saya meninggal saat saya berumur 3th, setelah ayah meninggal ibu saya membawa saya pindah ke jakarta & setelah itu saya tinggal bersama ibu, adik, nenek dan kakek saya. Setelah itu ibu saya bekerja, beberapa tahun kemudian ibu saya menikah lagi dan kami berpisah rumah, saya bersama nenek dan kakek saya. Ibu saya tinggal bersama suami barunya. Saya ingat sekali sewaktu saya kelas 1-6 SD saya diasuh nenek dan kakek saya. Tentu saja saat itu saya sangat merindukan sosok Ibu. Disaat teman-teman saya pergi kesekolah bersama ibunya, saya hanya diantar jemput oleh kakek saya. Ibu saya pun hanya mengunjungi saya selama 1 bulan sekali sampai 2 bulan sekali. Sering pada saat itu saya menangis malam-malam karena saya merindukan sosok ibu. Ibu saya orang yang sangat baik beliau sangat sayang kepada anak-anaknya. Pada saat itu apapun yang saya mau pasti dibelikan oleh beliau, mainan-mainan mahal pada waktu itu seperti Nintendo, Tamagotchi, In Line Skate dll saya punya semua mainan mainan mahal pada jaman saya kecil. Sayang ibu saya tidak jago untuk berkomunikasi ke anak-anaknya. Ibu saya tidak pernah bilang kalo dia sayang saya, kalo dia cinta saya atau merindukan saya. Beliau bukan tipe orang yg bisa berkomunikasi baik dan mengungkapkan isi hatinya secara langsung.  

  Saat saya besar saya pernah membenci ibu saya karena sewaktu saya kecil saya ditelantarkan oleh beliau, Ibu tidak bersama-sama saya sewaktu masa-masa saya tumbuh dan mengenal lingkungan. Dia lebih sibuk bekerja dan akhirnya menikah dan memutuskan untuk pisah rumah dengan saya. Ketika saya besar saya pernah mengungkapkan kekecewaan saya terhadap ibu saya dalam sebuah surat. Saya bilang saya benci sekali dengan dia karena tidak pernah bersama saya. Saya mencurahkan segala kekecewaan saya kepada ibu saya. Saya tau saat dia membaca surat dari saya pasti hatinya hancur. Setidaknya pada saat itu saya jujur dengan apa yang saya rasakan dulu. Setelah beliau membaca surat dari saya dia menangis dan meminta maaf kepada saya. Karena tidak bersama saya ketika masih kecil. Kami menangis pada saat itu setelah itu perasaan saya sangat lega. Rasa kekecewaan saya berangsur angsur hilang, saya tau dia sangat mencintai saya. Tapi dia tidak pintar untuk menunjukan rasa sayang dan cintanya kepada saya.


    Apalagi setelah saya menjadi ibu dan melahirkan anak, tentu saja saya sangat-sangat merasakan apa yang diperjuangkan ibu saya saat hamil dan melahirkan saya. Kesakitan kesakitan ketika melahirkan anak membuat rasa sayang saya ke beliau semakin bertambah. Ketika itu saya pernah berbicara dalam hati. Saya harus menjadi Ibu yg baik untuk anak saya. Saya harus pintar berkomunikasi dengan anak saya, harus jujur mengungkapkan isi hati kepada anak saya & yang terpenting saya harus memberikan kehidupan yang menyenangkan untuk anak saya. Setelah saya melahirkan dan anak saya berusia 1 tahun, Ibu dan nenek saya meminta saya bekerja diluar. Karena mereka dua-duanya sudah Janda dan tidak berpenghasilan. Sebagai anak pertama tentu saja saya harus membantu mereka, walau dalam hati kecil saya ingin sekali rasanya mengasuh anak saya saja dirumah, tapi juga tidak mau membebani suami saya karena dia bekerja sendirian menghidupi kami sekeluarga, saya juga ingin membantu suami saya. Akhirnya saya memutuskan untuk bekerja sampai usia anak saya 4 tahun.

  Pada saat itu anak saya bersekolah di Taman Kanak Kanak, pernah suatu hari anak saya bilang kepada saya. "Aku mau dianter mama aja, bisa ga mama ga usah kerja? mama dirumah aja nemenin aku seperti mamanya teman-temanku yang lain?"  Seperti ditampar rasanya mendengar pengakuan jujur anak umur 4th yang ingin bersama mamanya, pada saat itu terjadi konflik batin di hati saya. Saya bingung harus bagaimana, saya ingin sekali bersama anak saya dirumah. Saya tidak ingin anak saya bertumbuh besar membenci sosok ibunya sendiri, karena tidak bersamanya disaat saat dia tumbuh :(, tapi di satu sisi keluarga saya butuh saya untuk bekerja. Sampai akhirnya saya memutuskan untuk berbicara dan bilang ke Ibu saya kalo saya sudah tidak mau bekerja lagi. Saya ingin sekali mengurus anak saya sendiri dirumah. Ibu saya menghormati keputusan saya dan sangat mengerti perasaan saya.


      Keputusan yang sangat besar dari ibu bekerja menjadi ibu rumah tangga, tentu saja saya iklas dirumah menjadi ibu rumah tangga, mendidik dan mengajari anak saya tentang hal-hal baru yang tidak dia ketahui, bermain bersama anak saya. Memasak untuk suami dan anak saya, beres-beres rumah, mengantar jemput anak sekolah. Saya senang dengan pekerjaan baru saya. Saat saya lelah dengan tugas rumah saya hanya butuh beristirahat di rumah, saat saya tidak ingin memasak saya tidak memasak. Saat saya lelah membersihkan rumah saya tidak membereskan rumah. Hal-hal yang tidak dipaksakan dan sampai sekarang membuat saya senang berada dirumah. Suami saya pun sangat-sangat mengerti dan tidak pernah protes, suami saya adalah lelaki baik, bertanggung jawab dan penyabar yg pernah saya kenal dalam hidup. Dia banyak mengajarkan saya cara-cara sederhana dalam bersyukur dan menikmati hidup, dia banyak sekali mempengaruhi saya menjadi lebih positif. Hampir 10 tahun saat dia bersama dengan saya, dia tidak pernah pesimis, tidak pernah mengeluh tentang apapun dan selalu memandang dan menjalankan hidup dengan cara menyenangkan. Saya merasa beruntung sekali menjadi pendampingnya, walaupun saya tau dia pasti pusing banget punya pendamping kaya saya. Banyak maunya dan manja :"). 


  Dari semua yang terjadi pada diri saya, masa kecil saya semuanya adalah proses pembelajaran untuk saya dan banyak sekali yang bisa diambil positifnya dan belajar untuk tidak mengulangi sisi negatifnya. Intinya uang itu bukan segalanya, bukan memanjakan dengan berlebihan memberikan banyak mainan dan semua hal yg dia mau kita wujudkan, Dia harus tau jika ingin mendapatkan yang dia inginkan maka harus ada perjuangan. Anak saya harus lebih bahagia dan punya kenangan indah tentang kami, masa-masa kecilnya harus penuh cinta dan keceriaan. Dia harus melihat orangtuanya saling menyayangi dan mencintai. Tumbuh besar menjadi anak bertanggung jawab dan yang terpenting mensyukuri hidupnya dan tidak pernah mengeluh. Kami janji akan selalu memberikan dia kehangatan, cinta kasih sayang, komunikasi yg baik. Semoga Tuhan selalu memberkati kami dan seluruh orang-orang yang kami cintai.



No comments: